Sebelumnya aku pernah bercerita tentang
anak-anak si Nenek atau tentang
bagaimana Nenek berinteraksi dengan anak-anaknya. Kali ini cerita mengenai
anak-anak kucing Belang Tiga yang semakin menua. Kucing yang berperawakan kecil
itu sudah semakin menua dan seringkali bersin dan batuk.
Kucing Belang Tiga itu sendiri termasuk
salah satu yang beruntung karena bisa survive dan hidup sampai saat ini.
Kebanyakan anak-anak kucing Betina Putih ini tidak dapat bertahan lama. Satu
per satu anak yang dilahirkannya mati terutama sewaktu mereka bayi. Terkadang
keajaiban memang terjadi, entah untuk tujuan apa, entah untuk siapa.
Pernah waktu itu,
Kucing Belang Tiga ini kembali melahirkan anak-anak yang lucu. Jika sebelumnya
lahir 4 ekor, kali ini dia melahirkan 3 ekor anak. Dua ekor dengan bulu hitam
kombinasi putih dan seekor lainnya memiliki belang tiga seperti induknya tersebut.
Anak-anak tersebut terlahir sehat dan betapa si Kucing Belang Tiga menjadi
begitu protective terhadap mereka. Dia mengawasi siapapun yang mendekati
anak-anak tersebut.
gambar diambil dari sini |
Dia melahirkan di dapur rumah, di bawah
tangga. Emak sempat misuh-misuh karena membuat dapurnya kotor terutama tumpukan
kardus tempat kucing tersebut melahirkan. Emak pun berinisiatif memindahkan
anak-anak tersebut (when she’s not around, of course). Emak memindahkan mereka
ke dalam kardus dan menempatkannya di sudut dapur paling belakang. Mereka
saling bergelung, menghangatkan satu sama lain. Ah, manis sekali.
Dan tentu, si Emak ingat akan anaknya
dan kembali melihat mereka. Dengan penuh curiga, dia memindahkan mereka keluar
dari kardus dan memasukkannya ke dalam kantong plastik hitam yang berisi
perkakas Bapak. Kami pun misuh-misuh karena kucing ini salah langkah sebenarnya. Lebih
aman dan nyaman dalam kardus yang kami siapkan. Tapi entahlah mungkin itu
memang alami bagi kucing. Jika tercium bau lain di anaknya, pasti dia pindah
lagi.
Dan begitulah anak kucing itu teus
berpindah entah karena apa sebabnya. Yang jelas kami tidak lagi mengusiknya.
Anak-anak itu pernah ditaruh di atas tumpukan daun di halaman belakang. Ketika
hari panas memang tepat, tapi ada satu hari itu hujan dan akhirnya mereka
kebasahan. Hingga akhirnya hanya satu yang tersisa.
Anak yang tersisa ini begitu kecil.
Mencoba berjalan. Kami biarkan mereka masih di halaman belakang. Suatu kali aku
melihatnya termenung. Dan besoknya anak itu ikut pergi menyusul saudaranya.
Kucing Belang Tiga tampak sedih. Ya, mungkin dia sedih. Lagi-lagi anaknya mati.
Andai ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk mencegahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Haii..terimakasih telah mampir dan menuliskan komentar. Have a good time! :D